Memperingati Hari Kartini
Himmaka (Himpunan Mahasiswa
Majalengka) Bandung, mengadakan diskusi online pada hari sabtu tanggal 25 April
2020. Diskusi ini bertemakan Relevansi
Emansipasi Kartini Masa Kini “Seberapa Pentingkah Pendidikan Bagi Perempuan?”. Acara diskusi
ini juga merupakan bagian dari memperingati hari Kartini tepat pada tanggal 21
April.
Acara diskusi ini di moderator oleh
Mia Silvina yang merupakan anggota sekaligus pengurus di bidang pengembangan
nalar intelektual Himmaka. Adapun pemantik dari diskusi yaitu Erika Risva
Rahayu dari aktivis perempuan Himmaka badung dan Fitri Dwi Ramdani dari Founder
Feministjudge.id dan juga anggota Himmaka. Seluruh peserta diskusi merupakan
anggota Himmaka dan dilakukan melalui WhatsApp Grup. Tujuan dari diskusi itu
sendiri salah satunya yaitu bagaimana memaknai refleksi hari Kartini ditengah pandemi.
Pemateripun memaparkan banyak hal mengenai pendidikan, peran
perempuan, hambatan, dan bagaimana seharusnya kita sebagai perempuan.
Pendidikan sendiri
adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sadar oleh masyarakat/pemerintah
melalui bimbingan, pengajaran, pembelajaran, baik formal maupun non formal.
Pendidikan sendiri diawali dari keluarga kemudian ke masyarakat pada akhirnya
ke pemerintahan melalui bimbingan dan pengajaran.
Perempuan
tentunya memiliki peran. Dalam agama menjadi hamba Allah, dalam keluarga
menjadi istri kemudian menjadi ibu, dan terakhir yaitu perannya sebagai anggota
masyarakat. Islam sendiri sangat menekankan pendidikan untuk perempuan agar
setiap perempuan mampu melakukan tugas-tugas besarnya baik itu dalam ranah
keagamaan, keluarga dan masyarakat.
Namun,
dibalik itu semua dewasa ini untuk mencapai suatu pendidikan bagi perempuan
belum merata sepenuhnya karena memiliki hambatan misalnya dari faktor sosial
masyarakat, ekonomi, patriarki, bahkan rendahnya kesadaran dari perempuan itu
sendiri. Selain itu juga, ternyata perempuan masih menangani tindakan represif
yang disadari oleh interprestasi agama yang membutuhkan dimaknai secara
konservatif dan cenderung bias gender. Pemikiran inilah yang menyebabkan
banyaknya kemunduran dalam konteks pendidikan untuk perempuan.
Contoh
kisahnya pada Malala Yousafzai asal Pakistan yang dimana seorang perempuan yang
senantiasa berjuang mendapatkan pengakuan atas idealismenya, beliau
memperjuangkan agar perempuan muda di pakistan mampu mengenyam bangku
pendidikan. Karena perempuan yang berpendidikan di Pakistan dianggap sebagai
monster dan tidak sesuai dengan budaya lokal yang ada.
Pendidikan
sangatlah penting bagi perempuan untuk kemajuan dirinya, bangsanya, dan
kebebasannya. Soekarno pun pernah mengatakan : “ Perempuan adalah tiang negara”
hal ini berarti bahwa jika perempuan mampu berpindidikan maka negara juga akan
mengarah pada kemajuan. Pendidikan sendiri tidak hanya bermakna sekolah saja.
Seperti yang dikatakan Muhammad Hatta: “Aku rela dipenjara asal bersama buku” jadi,
meskipun di dalam penjara sekalipun seseorang masih tetap mampu maju
pemikirannya.
Sudah
tergambar jelas bahwa pendidikan sangatlah penting lalu bagaimana sebaiknya
sebagai seorang perempuan untuk memperjuangkan hak-hak pendidikan? Jawabannya
adalah sama-sama berjuang, melawan segala bentuk ketidakadilan terhadap
perempuan, mencerdaskan diri kita sendiri, tetap belajar meski didalam rumah.
Karena Kartini pun mengawali banyak perjuangan dari dalam kamarnya melalui
surat-suratnya. Tidak pernah berhenti belajar meski putus sekolah.
Banyak hal
yang harus kita refleksikan dari setiap perayaan hari Kartini mulai dari
bagaimana kondisi pendikakan saat ini, kesetaraan perempuan, sampai
ketidakadilan bagi perempuan. Perjuangan tidak pernah usai, semangat tidak
boleh berhenti, karena setiap perempuan selalu mempunyai arti.
Komentar
Posting Komentar